
Sumber: antaranews.com
Jagoan Tips – Jelang perayaan Idul Adha, pengawasan terhadap hewan ternak di Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin diperketat. Balai Karantina NTB mengambil langkah untuk memastikan bahwa sapi-sapi kurban yang dikirim dari wilayah ini dalam kondisi sehat dan sesuai dengan persyaratan karantina yang berlaku. Kepala Balai Karantina NTB, Agus Mugiyanto, mengungkapkan bahwa selama periode 16 hingga 20 April 2025, tercatat ada sebanyak 6.556 ekor sapi yang telah dilepas dari NTB melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok.
Proses pengawasan dilakukan secara menyeluruh di titik-titik keluar dan masuk hewan ternak, dengan tujuan untuk memeriksa dan memastikan bahwa semua sapi yang dilalulintaskan telah dilengkapi dengan sertifikat karantina dari pintu pengeluaran. “Kami memastikan bahwa setiap hewan yang dipindahkan melalui pelabuhan telah menjalani pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kesehatannya,” ujar Agus dalam keterangannya di Mataram pada Senin.
Pelaksanaan pengawasan tersebut dilakukan di beberapa pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Poto Tano yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat dan Pelabuhan Badas di Kabupaten Sumbawa. Tim karantina bekerja memastikan bahwa jumlah sapi yang keluar sesuai dengan yang tercatat dalam sertifikat. Selain itu, setiap sapi juga diperiksa lebih mendalam, untuk memastikan bahwa kondisi fisik dan kesehatannya memadai untuk perjalanan jauh.
Proses pemeriksaan tidak hanya sebatas pada administrasi, tetapi juga melibatkan pemeriksaan kesehatan yang ketat. Sapi-sapi yang akan dikirim harus melalui serangkaian pengecekan, baik itu pemeriksaan fisik maupun tes laboratorium. Agus menambahkan, apabila ditemukan sapi yang tidak memenuhi standar kesehatan, maka hewan tersebut tidak akan diberangkatkan. Jika ada sapi yang kondisinya kurang sehat, pihak karantina akan segera memberikan pengobatan hingga hewan tersebut dinyatakan sehat. Namun, apabila setelah perawatan sapi tersebut masih tidak dapat diperbaiki atau kondisinya tidak kunjung membaik hingga waktu keberangkatan tiba, sapi tersebut akan dipulangkan atau dibatalkan pengirimannya.
Selain di pelabuhan Sumbawa, sejumlah pelabuhan di Kabupaten Lombok Barat, seperti Pelabuhan Gili Mas dan Pelabuhan Lembar, juga menjadi tempat berkumpulnya truk-truk pengangkut sapi. Truk-truk tersebut mengantre untuk memasukkan sapi-sapi yang akan dikirim ke Pulau Jawa, khususnya untuk memenuhi permintaan sapi kurban yang meningkat menjelang Idul Adha. Meskipun ada upaya untuk mempercepat pengiriman, antrean panjang terjadi karena hanya satu unit kapal pengangkut sapi yang tersedia. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sapi di pelabuhan.
Proses pengiriman sapi dari NTB menuju wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) memang rutin dilakukan setiap tahunnya. Beberapa daerah, seperti Bima dan Dompu, menjadi penghasil utama sapi kurban di NTB dan pengiriman hewan ternak ini menjadi salah satu kegiatan utama menjelang perayaan Idul Adha. Sayangnya, kondisi pelabuhan yang panas dan terbuka membuat sejumlah sapi tidak mampu bertahan, bahkan beberapa di antaranya mati akibat kelelahan dan kepanasan.
Menanggapi masalah tersebut, Agus menyatakan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menangani sapi-sapi yang mati selama proses pengangkutan. “Sapi yang mati di pelabuhan biasanya diurus oleh pemiliknya. Kami hanya melakukan pengawasan terhadap prosedur tersebut dan memastikan agar proses penguburan dilakukan dengan benar,” jelasnya.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang, karena selain dampak pada kesejahteraan hewan, ketidakseimbangan dalam pengiriman juga dapat berpengaruh pada kelancaran distribusi sapi kurban ke konsumen yang sudah menunggu. Oleh karena itu, pengawasan ketat dan koordinasi antara Balai Karantina NTB, dinas terkait, serta pelabuhan-pelabuhan yang digunakan untuk pengiriman ternak sangat diperlukan agar perayaan Idul Adha tahun ini dapat berjalan lancar tanpa ada masalah yang berarti.
Dengan adanya pengawasan yang lebih ketat ini, diharapkan kesehatan hewan yang dikirim dari NTB ke daerah lain tetap terjamin dan tidak menimbulkan masalah dalam distribusi hewan kurban. Pihak karantina pun terus berupaya meningkatkan sistem pengawasan agar para peternak dan konsumen merasa aman dan nyaman dengan proses pengiriman hewan ternak yang dilakukan. Diharapkan dengan adanya langkah ini, NTB dapat terus menjadi penyedia sapi kurban terbesar yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga memenuhi standar kesehatan yang tinggi.